Cerita Kucingku: Keingetan Ibu Kucing Saya

Hai, masih ingat Si Klining? Itu lho, ibu kucing yang bikin saya sadar: Kucing juga bisa tersinggung kalau dibanding-bandingkan.

Dari situlah titik balik hidup saya.

Cerita kali ini masih tentang dia. Ibu kucing yang berulang kali bikin saya curiga apakah selama ini manusia adalah follower-nya hewan? Atau, manusia adalah mamalia yang beragama?

Oke, saya tahu kalau manusia merupakan satu-satunya makhluk hidup yang dibekali akal oleh Tuhan. Tapi menurutku, fungsi akal adalah agar kita mampu memahami perbedaan perbuatan baik/buruk dan benar/salah dari sudut pandang Tuhan. Gimana menurutmu? Tulis di kolom komentar, ya.

By the way, gara-gara ngomongin soal manusia, mamalia, dan Tuhan, saya jadi penasaran tentang satu hal. Menurut kamu, Jin termasuk mamalia juga gak sih?

Karena, gini, walaupun mamalia digunakan untuk hewan tapi identitas mamalia adalah menyusui.

Balik lagi ke Klining. Belakangan ini, saya sering merasa seakan-akan refleksi kepribadian ibu saya dalam hal mengasuh anak ada di diri Klining. Tiap kali lihat Klining, saya ingat ibu.

Klining berburu setiap malam. Kalau dia dapat buruan, dia bakalan panggil anak-anaknya. Jangankan yang masih bayi, anaknya yang sudah besar pun ikut menyantap daging hewan buruan.

Dia bisa bolak-balik sebanyak 10-12 kali, kadang bawa cicak, bunglon, kadal, tokek, atau burung.

Sekiranya anak-anaknya sudah kenyang, barulah Si Klining makan.

Ibu saya juga gitu.

"Kucing juga bisa tersinggung jika dibanding-bandingkan."


Pernah suatu hari anak-anak kucing ketakutan ketika dikunjungi kucing tetangga.

Si Klining yang tadinya lagi asyik bersantai, tiba-tiba langsung menghampiri anak-anaknya. Dia lari sekencang-kencangnya.

Sesampainya di sana, dia pasang badan, pasang kuda-kuda. Dia berdiri menghadap ke arah si kucing tetangga. Membelakangi anak-anaknya. Klining berubah menjadi fighter build tanker.

Ibu saya juga begitu.


Setelah tinggal bersama Klining lebih dari setahun, saya menemukan banyak moment menakjubkan.

Misalnya, pas Mocheng hilang. Mocheng ini salah satu anaknya Klining. Waktu itu saya marah banget gara-gara lihat Klining acuh tak acuh, padahal usia Mocheng baru 2 bulanan.

Saya suruh dia manggil anaknya itu. "Meong? Meong?" Seperti itu mauku, tapi dia mengendus sebentar habis itu rebahan di kolong mobil.

Murka lah saya! Saya masih gak tahu dia dimana. Firasat saya mengatakan, Mocheng ada di mesin mobil. Terjebak. Gak bisa keluar.

Gimana kalau dugaan saya benar sedangkan ada anggota keluarga yang buru-buru mau keluar rumah, lalu langsung pakai mobilnya tanpa sepengetahuan saya? Kan dia bisa terbawa ke antah berantah.

Saya cemas. Tapi Klining gak mikirin itu!

Ibu saya juga seperti itu.

Waktu saya ceritakan soal kejadian ini ke ibu, responnya cuma: Berdoa saja, sambil ditunggu, nanti juga keluar sendiri.

Gimana? Sama persis kan?


Klining, Ibu Kucing Yang Penyayang


Tiap kali saya beri Klining makanan enak, dia akan makan secukupnya. Lalu dia gigit potongan paling besar untuk dibawa ke sarangnya. Kalau sudah dekat rumahnya, dia akan memanggil semua anaknya.

Anak yang paling cepat datang menjadi yang paling beruntung!

Ibu saya juga seperti itu.


Pernah suatu ketika kedua anaknya Klining sakit lemas. Gak nafsu makan dan gak selera bermain. Saat itu, mereka sudah disapih, jadi enggak dibolehkan menyusu lagi.

Di hari pertama, mereka masih memelas minta disusui oleh Klining. Hingga hampir seminggu mereka seperti itu.

Saya cuma bisa support mereka dengan memberi ikan tongkol segar, supaya bangkit selera makannya.

Alhamdulillah, mereka masih mau makan ikan tongkolnya, walaupun enggak banyak.

Setiap ada kesempatan untuk berdua saja dengan Klining, saya bakalan cerita ke Klining kalau anaknya makin hari makin kurus dan enggak nafsu makan. Saya curhat sambil mengusap-usap kepalanya.

Esok harinya, saya terkejut karena Klining memperbolehkan semua anaknya untuk menyusu lagi. Sepuasnya! 

Mungkin itu ASI terakhir sebelum benar-benar disapih.

Klining menyusui mereka bertiga sambil sesekali memandikan mereka.

Setelah anak-anaknya puas menyusu, Klining mengajak mereka bermain.

Meskipun setelah itu tidak lagi menyusu, namun Klining masih tetap menemani mereka main atau grooming hingga sekarang.

Ibu saya juga seperti itu.


Klining Dan Anak-anaknya


Mungkin ini persepsi yang dipaksakan. Atau believe yang saya ciptakan sendiri.

Namun, sejak menyaksikan bagaimana usaha Klining dalam merawat dan membesarkan anak-anaknya, kemudian apa saja pengorbanannya agar semua kebutuhan anak-anaknya tercukupi, lambat laun saya kerap berpikir: Kalau dipikir-pikir, ibu saya juga seperti itu.

Komentar