Jadi, saya pengen bikin artikel tentang tips cerdas cepat kaya lewat Shopee. Semacam cara sukses jadi top sellers di marketplace yang kalau ngiklan belakangan ini pakai top idols Korea. Akhirnya, saya bikin lah akun jualan di situ.
Awal mulanya sih, saya sok-sokan bikin semacam silabus gitu deh. Cari-cari inspirasi lewat video-video di YouTube dan beberapa artikel yang berserakan di internet. Tentunya, dengan bantuan search engine populer, Bung Google yang hampir tidak pernah gagal menyuguhi ribuan informasi gratisan yang tematik.
Berbekal pengalaman mengelola online shop butik milik kakak saya, "Fataya Collection", dengan pedenya, saya bulatkan tekad bikin akun jualan milik saya sendiri.
Tadinya, saya pikir, kalau misalnya dagang baju, boleh juga kali ya? Soalnya, tipikal konsumen di Indonesia masih cenderung ke fashion. Rasanya punya satu atau dua helai baju aja di dalam lemari, masih kurang nendang. Hey! Saya juga gitu.
Kalau bisa mix and match, rasa-rasanya separuh hidup saya bakalan lebih seru! Kaos putih dijadikan inner dengan kemeja merah maroon, dilapisi cardigan 3/4 warna cokelat gurun pasir. Lalu bawahnya pakai jeans belel, atau long pants warna hitam onyx. Trus dikasih sabuk hitam yang ada aksen putih, biar senada sama inner di dalam kemeja. Terakhir, pakai high heels. Atau bisa juga pakai sepatu kets yang funky.
Hanya dengan membayang itu saja, saya merasa sangat bersemangat untuk membuat olshop yang nantinya diisi ragam baju dengan style yang kekinian. Atau, ke-dulu-an? (Maksudnya, old rustic, trend fashion ala 80 / 90'an hehehe).
Tapi, tiba-tiba saya kepikiran seperti ini: Jika saya jualan baju, rata-rata foto produk sudah beredar luas nan bebas lepas di internet, sehingga butuh modal besar kalau mau bikin foto yang original milik olshop saya sendiri.
Coba kita berhitung. Satu kali photoshoot untuk 1 jenis produk saja, paling murah seharga Rp350.000,- (tiga ratus lima puluh ribu rupiah). Dengan harga segitu, saya akan mendapatkan maksimal 10 foto yang sudah diedit. Foto-foto tersebut akan dikirim melalui platform digital seperti Google Drive atau Dropbox.
Untuk detail penawarannya, kamu bisa cari sendiri, ya. Bisa ngulik di Instagram, jika tertarik. Kalau mau mudah, kita bisa memanfaatkan skill searching milik Bung Google Search Engine Mania. Akhirnya, saya cari kandidat produk lain untuk mengisi etalase online shop saya.
Setelah berjam-jam memikirkan itu semua, akhirnya saya tertarik untuk jualan produk-produk yang bisa membahagiakan kucing-kucing di Tanah airku, Indonesia. Produk yang pertama kali ingin saya jual adalah obat-obatan dan vitamin kucing.
Namun, saya gak mau menjual suatu produk yang tidak bisa saya konsumsi secara pribadi. Maksudnya, saya pengen menjual produk yang memang dipakai oleh kucing-kucing piaraan saya.
Kalau kucing saya makan vitamin gel Nitro, kemudian mereka suka dan lantas jadi sehat, maka itulah yang akan saya jual kedepannya. Jka anabul saya makan dry food sekelas Royal Canin atau Vigor & Sage, maka itu jugalah yang akan saya jual.
Oke! Masalah produk, saya anggap sudah clear, ya.
Saat itu, saya berpikir seperti ini: Wah, ini bakalan jadi materi menarik nih kalau dipakai buat nge-blog.
Tapi ternyata, dengan bermodal seupil pengetahuan umum begini saja masih belum cukup, saudara-saudara. Masih ada banyak yang hal yang perlu saya pikirkan dan pertimbangkan. Seperti menentukan nama toko, desain foto produk, harga jual, target market, anggaran iklan, dan lain-lain.
Setelah kustomisasi etalase toko online, apa yang terjadi?
Nah, itu dia! Hingga saat ini, belum ada yang order. Sejak saya buka olshop saya dari 23 bulan yang lalu, hingga sekarang, belum ada satu pun pesanan yang masuk. Kira-kira kenapa ya?
Apakah saya kurang promo? Foto produk saya kurang memikat? Harga produk saya kurang bersaing? Atau karena produk yang saya dagangkan terlalu segmented?
Saya coba amati baik-baik koleksi produk yang saya coba perdagangkan. Mungkin salah satu penyebabnya adalah judul produk kurang cetar membahana memikat mata membabi buta. Jadi, saya coba perbaiki judul produk saya.
Dari:
"Madu Kucing 50g Khusus Anabul Pure Honey"
Menjadi:
"Madu Murni Yemen Nyang2 Punch Vitamin Organik Khusus Kucing Asli Yaman Original 50g"
Setelah itu, saya coba kembali mengiklankan produk tersebut. Tapi belum ada satu pun yang tertarik untuk melirik. Kira-kira kenapa ya? Apa sih yang bikin produk saya ini dianggap kurang mempesona? Apa saya perlu beli jimat penglaris dulu biar laku laris manis tanjung kimpul seperti toko sebelah yang katanya cuma modal doa berserah diri pada Yang Maha Kuasa?
Akhirnya, saya coba perbaiki kualitas foto produk saya dan juga desainnya. Sebelumnya, saya mohon maaf banget ya gaes. pengennya sih bisa nampilih foto before and after-nya di artikel ini. Tapi apalah daya, saya kehilangan foto-foto produk tersebut dan begitulah akhirnya. Saya gak punya apa-apa untuk membuktikan kisah sendu sedan ini.
Setelah foto produk diperbaiki, alhamdulillah, ada peningkatan. Yang tadinya sama sekali enggak ada yang melirik, mulai ada yang mengintip.
Jadi, biasanya di halaman rincian laporan hasil iklan, bakalan kelihatan data-data seperti:
- Berapa kali jumlah tayangannya,
- berapa orang yang mencoba berinteraksi dengan laman iklan tersebut, misalnya diklik, di-scroll, di-skip, diblokir, atau di-share,
- siapa saja target iklannya yang akhirnya kena click bait? Bakalan tampil informasi jenis kelamin, usia, minat, dan lokasi,
- dan yang terakhir, apakah ada pesanan selama penayangan iklan atau tidak?
Ketika saya baca laporannya, tercatat ada enam orang saja yang tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang produk yang saya coba pasarkan, pada saat itu. Fyi ya, rentang iklannya sekitar 30 hari. Dengan total modal yang saya keluarkan per harinya adalah Rp50.000 (lima puluh ribu rupiah).
Kalau saya pikir-pikir lagi, itu total pengeluaran yang fantastis untuk saya yang modalnya pas-pasan layaknya wajah saya ketika terpapar sinar pesona Sun Gokong yang berkelana mencari kitab suci bersama seekor babi dan Bejita yang konon katanya juga mencari jejak-jejak langkahmu dalam serial Dragon Ball untuk mewujudkan harapan bangsa, negara, dan dunia.
Dengan riwayat bisnis yang seperti ini, lama-kelamaan saya kehabisan dana, sedangkan tidak ada pemasukan dari olshop yang sedang saya perjuangkan. Saya pun berhenti sejenak selama 20 bulan dan mulai aktif mencari sumber dana untuk mendukung kebutuhan per-online-shop-an saya ini.
2022 ini saya mau melanjutkan jualan online lagi
Berdasarkan data-data yang saya telah peroleh di masa lalu, saya pun memutuskan untuk memperbaharui persona olshop saya.
Meskipun saya tidak mengganti nama dan URL, namun saya mencoba mengganti tampilan, produk yang dijual, dan juga tampilan feed-nya. Intinya, saya mencoba mencari cara agar looks dari olshop tersebut bisa membangkitkan selera buyer untuk spend money di toko online saya.
Saya melakukan riset secara perlahan. Satu demi satu saya mencari berbagai referensi tampilan yang mendekati selera pasar di Indonesia. Desain yang katanya lagi nge-trend dan cantik itu, yang seperti apa sih di tahun 2022 ini?
Jadi, sudah terlihat perubahannya kan? Jika dulu logo olshop saya mirip babi yang sebenarnya saya pengen gambar kucing gembul lagi lari-lari lincah, kini saya cukup pakai tulisan saja, "Mewlime Shop". Begitulah yang tertulis.
1. Ganti Produk
Saya juga mulai mengganti produk yang saya jual. Jika dulu saya langsung jualan produk-produk khusus kucing, sekarang saya ingin mencoba peruntungan dengan menjual suatu produk yang bisa dikonsumsi oleh manusia.
Walaupun begitu, masih dengan tema produk yang sama, ya masih jualan madu hehehe. Entah kenapa saya lebih suka jualan madu sebagai starter dibandingkan produk lainnya. Mungkin karena saya memang lebih tertarik mengonsumsi madu dibandingkan makanan lainnya.
Atau, karena supplier pertama saya menjual produk-produk madu. Apapun itu, yang jelas sekarang saya lagi putar otak, gimana caranya agar tampilan produk saya lebih eye-catching dibandingkan sebelumnya.
2. Memperbaharui Tampilan
Seperti yang saya katakan sebelumnya, di sini saya hanya menekankan bahwa di dunia virtual, yang kita jual sebenarnya adalah tampilannya. Tidak peduli bagaimana kualitas produk tersebut, selagi memikat dan bikin ngiler, konsumen bakalan datang.
Ini asumsi saya belaka lho ya. Saya masih belum bisa memastikan ini beneran berhasil atau sekedar teori yang berlandaskan idealisme belaka.
Saya harap, langkah ini bisa memperbesar peluang saya untuk menjadi lebih dekat dengan peringkat top seller.
3. Menyesuaikan Harga Jual
Sebenarnya, saya kepengen banget bisa jualan dengan harga yang sama dengan harga di toko aslinya. Tapi, setelah saya pikir-pikir, akan lebih baik jika saya naikan sedikit lebih mahal. Agar saya masih bisa mengikuti berbagai macam promo yang ditawarkan oleh market place demi meningkatkan penjualan.
Jika menilik kesalahan saya terdahulu, sepertinya, saya memang memasang harga terlalu tinggi dibandingkan seller lainnya.
Karena saya menginput variable bsru dimana berasumsi akan orang yang tertarik untuk menjadi reseller yang bekerja langsung di bawah saya. Semacam program MLM. Masalahnya, layaknya program MLM lainnya, anggota yang bergabung paling terakhir, menjadi yang paling rugi karena harga yang harus dia pasang jadi semakin mahal.
4. Tetap Beriklan
Menolak beriklan bukanlah langkah yang tepat. Bagaimanapun juga mempromosikan apa yang kita jual adalah suatu keharusan. Jika tidak punya uang, kita bisa menggunakan berbagai macam strategi beriklan lainnya yang lebih murah. Saking murahnya, budget yang perlu kita siapkan hanyalah Rp 0,- (nol rupiah) saja.
Kalau di Shopee, ada fitur yang disebut, "Naikkan Gratis 5 produk andalan Anda!". Saya rasa di marketplace lainnya juga ada kan? Atau mungkin saja tidak ada?
Selain itu, memberitahukan aktivitas berdagang kamu kepada orangtua, kerabat, dan teman-teman atau tetangga sekitar rumah juga salah satu upaya beriklan secara gratis. Karena tujuan dari Iklan adalah menginformasikan aktivitas bisnis kita seluas-luasnya.
5. Mengadakan Paket Promo Menarik
Ini dia yang sedang saya pikirkan. Gimana ya caranya agar saya juga bisa ikutan ngasih paket bundle asyik dan digandrungi customer tapi tidak membuat saya terlalu merugi?
Itulah sebabnya saya menyesuaikan harga jual produk-produk di olshop saya, agar saya bisa tetap mengadakan event yang memancing minat beli para konsumen di Indonesia, sekaligus meminimalisir potensi kerugian yang mungkin saja terjadi.
Kasih saran dong!
Nah! Saya sadar banget, kalau apa yang saya jabarkan di sini hanya ecek-eceknya saja. Bukan sesuatu yang mewah. Jadi, kalau kamu juga berdagang secara online di marketplace seperti Shopee, Lazada, Tokopedia, dan lain-lain, boleh dong bagi-bagi tips ke saya melalui kolom komentar.
Kira-kira langkah apa ya selanjutnya yang paling tepat bagi saya agar olshop saya semakin berkembang?
Aku kesini untuk mendengarkan audio audio artikel spt yg tercantum di artikel lama, namun sepertinya sudah banyak berkembang content nya jadi mungkin perlu effort lebih agar bisa recording manual tanpa pakai text to speech jadi itu tidak mungkin lagi
BalasHapusiya ya, sayang banget. nanti aku coba bikin lagi deh ya, untuk versi audionya. makasih udah mampir ya 😃😃😃
Hapus