Kemarin niatnya pengen nyoba ngonten tiap hari, tapi ternyata enggak semudah itu ya. Nulis tiap hari itu kayak olahraga jari tiap hari. Sekarang saya itu kayak kena writer block. Padahal saya perlu menyiapkan narasi untuk video dengan durasi 19 menit.
Saya masih ingat dengan konten video sebelumnya yang berdurasi 16 menit. Saya kira, tadinya, saya sudah nulis panjang banget dan berhasil mencapai target. Ternyata, enggak! Setelah dibaca, total durasinya hanya 6 menit saja.
Kemana tuh 10 menit sisanya? Dikorupsi oleh imajinasi.
Saya sudah me-review konten sebelumnya. Sayang banget, dubbing audionya beberapa kemasukan angin, padahal cuaca cerah. Mungkin hati saya lagi diterpa badai.
Lagi Mikirin Apa?
Nah! Cakep nih pertanyaan. Lagi mikirin apa? Jujur kepala saya kosong! Enggak terlintas satu ide pun buat ditulis. Kalaupun ada yang mampir, itu cuma kayak "Say Hi, trus Say Good Bye." Kenapa sih? Kenapa? Apa ide-ide itu takut nongkrong lebih lama di otak saya yang mini ini?
Akhirnya saya coba mengorek-ngorek rumah saya. Walhasil saya menemukan Kecoak di kamar mandi. Wah, obrolan ini bakalan jadi jorok. Tapi demi konten, saya gas!
Superhero Baru: Kecoak Man
Pernah gak sih kamu denger info kalau kecoak itu anti radiasi nuklir?
Dari dulu sampai sekarang, saya sering banget menemukan informasi ini di kumpulan fakta unik. Saya kan penasaran, darimana kesimpulan ini sebenarnya? Dan kok bisa sih tiba-tiba dari sekian banyak hewan di dunia ini, bisa terpilih kecoak?
Apa mungkin salah satu cleaning service di suatu gedung riset lagi bersih-bersih lab nuklir, trus gak sengaja ketemu sama kecoak?
Lha? Kecoak nih! Kok bisa dia masuk ke sini. Ini hitungannya hama atau staff ahli? Bunuh, jangan? Bunuh, jangan? Coba sapa dulu deh.
Tapi dia kan kecoak. Cara nyapanya gimana? Excuse me, Cok? Kan "kecoak", manggilnya apa kalau bukan "Cok"? Wak? Excuse me, Wak? Kayak orang Malaysia.
Dah lah! Singkat cerita, si tukang beberes lab ini nyapa: Excuse me, Wak. Saya nak bertanye sikit, napa awak ada di sini yer?
Tapi si Kecoak gak ada jawaban. Dia diam saja. Enggak bergerak juga. Pas didekati, eh, dia langsung terbang! "Ah! Ayam ayam ayam ayam", kaget.
Lha, trus dimana bagian riset kalau kecoak memang tahan nuklir? Kan artinya binatang satu ini harus dikomparasi dengan berbagai macam binatang yang pernah hidup di muka bumi ini dong?
Eksperimen Kecoak Kata ChatGPT
Saya tanya ke Chat GPT: Hai, Yang Mulia! Ada gak sih ilmuan yang pernah melakukan eksperimen ke kecoak dan binatang lainnya soal daya tahan radiasi nuklir ini?
Dan, ternyata, ada! Para ilmuan Discovery Channel melakukan eksperimen terhadap tiga jenis serangga dalam acara MythBusters. Buat yang gak tahu apa itu MythBusters. Myth artinya mitos, Bust artinya dada, Ers artinya banyak orang. Jadi MythBusters adalah Mitos di dada banyak orang.
Bukan! MythBusters adalah suatu acara dari Discovery Channel yang membuktikan bener gak sih slentingan yang beredar di urban legend, mitos, kepercayaan umum, atau adegan film?
Jadi, seperti yang saya bilang tadi, eksperimen dilakukan ke tiga jenis serangga: kecoak (sudah pasti), kumbang tepung, dan lalat buah. Kalau dipikir-pikir, kumbang tepung dan lalat buah termasuk jenis serangga yang hampir spesifik. Cuma kecoak nih yang masih general. Gak dijelasin, kecoak yang diuji coba jenis rumahan (anak introvert), kecoak taman (yang suka mingle), atau kecoak gunung?
Hasilnya, kecoak ini bukan MVP! Juaranya malah si Kumbang Tepung. Coba deh kamu tanyain juga di ChatGPT buat tahu detailnya.
Tapi, tapi, tapi. Kecoak bisa bertahan hidup lebih lama dibandingkan manusia pada paparan radiasi 10.000 rad. Eh? Tahu dari mana? Berarti manusia yang pernah jadi bahan eksperimen, ya gak sih?
Manusia Jadi Kelinci Percobaan. Ada Gak Sih?
Saya nanya lagi nih ke ChatGPT: Tahu dari mana? Memangnya pernah ada manusia yang jadi kelinci percobaan?
Kalau katanya ChatGPT sih, enggak ada. Semua datanya diambil dari berbagai macam peristiwa yang pernah terjadi di dunia ini. Misalnya, Bom Hiroshima Nagasaki atau Chernobyl.
Yakin? Kok saya enggak seyakin itu. Tapi mungkin saja yang dikatakan oleh ChatGPT ini beneran. Memangnya ada gitu manusia gila yang mau mengorbankan dirinya demi sains?
Bagian Tubuh Kecoak Yang Tahan Nuklir?
Katanya ChatGPT, yang bikin kecoak jadi lebih tahan lama kena paparan radiasi nuklir adalah karena sel-selnya yang lambat membelah. Selain itu juga didukung oleh Eksoskeleton atau kerangka luar. Eksoskeleton apaan sih?
Secara teori, Eksoskeleton seperti gabungan antara kulit dan baju zirah, kalau mau dianalogikan ke manusia. Saya masih ngebayangin ini sampai sekarang. Bagaimana bentuk nyatanya kalau manusia punya Eksoskeleton? Apa seperti manusia bersisik?
Saya terus menerus ngobrol dengan ChatGPT: Kayaknya ada deh komedian yang punya kelainan genetik di kulitnya.
Buat nambahin durasi, saya share ke sini saja ya, penjelasan dari ChatGPT:
Betul banget, Adam Pearson adalah kisah nyata soal seorang komedian yang punya kondisi genetik yang bikin kulitnya mirip sisik. Tapi kondisi kulit yang mirip "sisik" ini sebenarnya adalah bagian dari kelainan genetik tertentu, bukan eksoskeleton. Istilah medisnya, Ichthyosis.
Jadi, gak ada sama sekali tuh manusia yang dicatatan pernah punya eksoskeleton? Katanya sih, enggak ada. Karena manusia sejak awal tidak didesain untuk itu. Eksoskeleton itu bagian kulit yang keras, kalau kita punya kulit sekeras itu, mau ngapain saja bakalan susah. Coba saja kamu jongkok trus berdiri pakai baju zirah yang semuanya terbuat dari besi, apa iya bisa jongkok? Bisa! Tapi butuh usaha banyak.
Dan banyak banget pastinya bagian-bagian dari baju zirah yang perlu dimodifikasi agar bisa menyesualikan dengan mobilitas tubuh manusia. Bener gak?
Seandainya Saya Kecoak
Pernah gak sih kepikiran, seandainya kita dikasih kesempatan untuk berubah menjadi hewan selama 30 menit, kamu bakalan jadi apa? Kalau saya, seandainya saya kecoak. Saya bakalan ngapain dan berapa lama saya bisa bertahan hidup?
Seandainya saya kecoak, saya mau melakukan hal-hal yang gak pernah bisa dilakukan oleh saya semasa menjadi manusia. Misalnya, memenggal kepala saya sendiri. Kan kecoak bisa hidup sekitar 7 hari meskipun gak punya kepala. Tapi kalau kepala saya hilang, nanti gak bisa makan dan gak tahu arah terbang. Jadi, kayaknya sih, bukan hal yang akan pertama kali saya lakukan.
Seandainya saya kecoak, saya mau terbang ke Mekkah. Lha tapikan Mekkah jauh banget ya? Butuh bertahun-tahun supaya seekor kecoak bisa sampai ke Mekkah jika hanya mengandalkan sayap kecilnya. lagian durasi berubahnya juga cuma 30 menit. Palingan 2.5 km. Ini tuh kayak dari Istana Bogor ke Stasiun Bogor. Lha? Lebih cepat manusia berjalan. Kalah deh kecoak.
Seandainya saya kecoak, saya mau bertelur. Secara natural, manusia hanya bisa melahirkan, jadi saya mau punya pengalaman bertelur. Tapi kan, kalau mau bertelur berarti saya harus mengalami yang namanya proses pembuahan. Saya harus cari partner dulu. Lha, semasa jadi manusia saja saya masih belum menemukan partner legal untuk melakukan adegan dewasa. Ini kok mau cari soulmate pas jadi kecoak?
Seandainya saya kecoak, saya mau ngobrol sama sesama kecoak trus bikin kamus bahasa kecoak. Kayaknya seru juga gitu kalau di dunia ini ada yang namanya kamus kecoak. Siapa tahu mereka itu kalau ngobrol pakai suara ngik ngok ngik ngok? Atau jangan-jangan mereka enggak saling ngobrol saking fokusnya ke upaya bertahan hidup.
Kamu kalau jadi kecoak, bakalan ngapain?
Closing
Sebenarnya, masihh ada banyak banget yang mau saya bahas di artikel kali ini. Soalnya ternyata seseru ini membahas soal kecoak. Tapi sampai sini saja dulu. Saya Mew, tunggu tulisan-tulisan saya selanjutnya. Karena kita adalah generasi yang berani mengambil resiko! Bye bye.
Komentar
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan setelah membaca tulisan ini?