Resiko Dan Keuntungan Menjadi YouTuber Re-upload

Benarkah menjadi YouTuber itu menyenangkan? Tentu saja, tidak ada profesi yang 100% menyenangkan ketika orientasi kita disesakkan dengan tujuan meraih popularitas atau penghasilan miliyaran Dinar, jika tanpa disertai passion dan minat. Khususnya, bagi seorang YouTubers, moment paling mendebarkan adalah saat YouTube robots sedang membersihkan rumahnya. Atau, lebih populer dengan istilah "Badai".

YouTubers di mata sesama YouTubers


Ketika YouTube sedang musim badai, maka saat itulah banyak channel yang melayang, hilang, lenyap, dan tersapu bersih tanpa disertai alasan yang signifikan. Sebagai kasus nyata yang bisa saya berikan adalah ketika channels tidak berdosa ikut ter-suspend atau terblokir. Akhirnya, recehan yang sudah dikumpulkan sekian minggu, bulan, bahkan hitungan tahun bisa menguap begitu saja. Pun dibarengi segala usaha yang menjadi tiada berarti. Lalu bagaimana cara menghadapi badai di YouTube?

Aha! Itu juga yang menjadi pertanyaan saya. Sebuah misteri dari teka-teki dengan algoritma yang terkadang tiada menentu solusinya. Seakan-akan YouTube developers ingin menyampaikan pesan: one person, one case, one solution.

Poinnya adalah apakah dengan menjadi YouTuber Re-upload maka badai di YouTube bisa dihadapi dengan legowo? Dan, mampukah kita terbiasa dengan kebiasaan YouTube robots yang gemar bersih-bersih? Hmm... Lebih tepatnya, dalam konteks ini, subjeknya bukan "kita", melainkan "saya", karena ini merupakan pertama kalinya saya menjajal pin YouTuber Indonesia. Otomatis, pengalaman saya masih sangat minim jika dibandingkan dengan senior-senior YouTube.

YouTuber Re-upload Di Mata YouTubers

Sebelumnya, saya minta maaf atas hadirnya konten ini, dari lubuk hati saya yang terdalam, saya sama sekali tidak menyarankan atau mengarahkan Anda menjadi YouTuber Re-upload, atau tipe YouTubers lainnya. Saya hanya berbagi sisi positif dan negatif ketika Anda memilih jalan sebagai YouTuber kemas ulang atau tipe YouTubers lainnya.

Tentunya, jalan apapun yang kita pilih akan memberi dampak berbeda dari sudut pandang pemirsa dan penyedia konten. Agar pembahasan malam ini semakin mengerucut, maka saya hanya akan mengulas tentang bagaimana umumnya para penyedia konten YouTube memandangan YouTuber Re-Upload.

Pertama-tama, saya akan menunjukkan konsekuensi sebagai YouTuber Re-upload. Terus terang, tidak sedikit penyedia konten original di YouTube yang merasa resah dan tidak nyaman dengan kehadiran YouTuber Re-upload (Bahasa Indonesianya: YouTuber kemas ulang).

Gambaran simple-nya, sebagai penyedia konten original, mereka sudah berjuang hingga letih memikirkan konten yang akan ditayangkan. Ditambah lagi, jika mereka masih menyandang status single fighter, itu berarti ide suatu konten dipikiran, disaring, dan dipilih seorang diri. Kemudian video direkam dan di-edit sendirian.

Saya jadi ingat lagunya Caca Handika berjudul "Angka Satu". Makan, makan sendiri... Tidur, tidur sendiri... Nyuci baju sendiri... Semuanya sendiri...

Setelah konten video ditayangkan, tiba-tiba tersiar kabar mengenai video miliknya bergentayangan di YouTube dengan nama akun pengunggah video yang berbeda-beda, dimana akun-akun tersebut sama sekali bukanlah miliknya. Ketika mengetahui hal itu, seorang YouTuber sebagai penyedia konten original akan merasa seperti disambar geledek.

Marah, sebel, bete, kesel, kecewa, segala kebaperan berbaur menjadi satu.

Akan tetapi, apakah YouTuber Re-upload memang tidak memiliki nilai positif sama sekali di mata sesama YouTubers?

Weekly Report

Oke! Weekly report kali ini tidak sebanyak 2 minggu sebelumnya. Sekali lagi saya ingatkan, ini merupakan rangkuman progress mingguan dari saya tertanggal 20-26 Januari 2017.

Secara jumlah tayangan, minggu ini merupakan minggu tersepi dibandingkan minggu lainnya. Selama periode tersebut, penayangan video saya merosot hingga -32%. Dengan waktu tonton yang juga turun hingga ke angka -63%. Tidak ada penambahan subscribers, tapi juga tidak ada pengurangan subscribers, alhamdulillah. Dan dari segi pendapatan pun tidak mengalami peningkatan.

Kira-kira, apa penyebabnya ya?

Setelah saya mengkaji ulang, saya mendapati bahwa pada minggu lalu saya menghapus beberapa meta tag pada konten video saya. Sayangnya, hingga saat ini, saya belum mampu mengingat, meta tag apa saja yang sudah saya hapus saat itu. Hal tersebut memberikan kesimpulan sementara, yaitu meta tag sanggup memberi pengaruh terhadap ramainya suatu konten video.

Komentar