Telinga-Telinga Tak Mendengar

Ketika telinga-telinga manusia tidak lagi ingin mendengar. Ketika mata-mata manusia tidak lagi ingin melihat. Ketika bibir-bibir manusia mulai tekatup. Dan wajah-wajah dipalingkan.

Ketika lengan-lengan mulai nyeri. Ketika pijakan-pijakan mulai goyah. Ketika perih menjadi ngilu. Dan rindu ingin bertemu diriMu menyatu dengan darah.

"Ya Allah... Aku sakit..."

Sehari bagai setahun. Sebulan bagai seabad. Setahun entah apa jadinya. Dia yang jadi tempat sandaran, masihkah sedia mendengarkan? Sehari bagai setahun. Sebulan bagai seabad. Setahun... Terlalui dengan bagaimana?

Sahabat yang pergi, telah mendahului. Ke rumah abadi, memenuhi panggilan. Umur terhenti. Umur sudah terhenti. Tidakkah Kau ingin menukar tempatku dengan tempatnya?

Fabi ayyi alaa-‘i robbikuma tukadz-dzibaan...? Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan...?

"Tapi, Ya Allah... Aku sakit..."


Setiap hari menahan hati. Yang tidak terucap memang tak sanggup diucap. Yang tertulis mungkin tidakkan terbaca oleh jemari tiada bernyawa. Wajah-wajah sayu hati melayu. Teringat Engkau saat melihat para sahabat. Satu per satu pergi dan aku... Tinggal menanti. Tidakkah Engkau ingin menukar tempatku dengan tempatnya? Tidakkah Kau rindu aku sebagaimana rinduku?

Letih hati. Hati yang letih. Lelah kaki. Jejak-jejak penat. Wahai diri berusaha menjejak, berapa lama lagi perjalanan ini? Masih jauhkah? Atau sudah dekat?

"Ya Allah... Aku sakit..."

Komentar

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan setelah membaca tulisan ini?