Kangen Kue Puthu

NGIIIIING...

Bunyi gerobak bakul pedagang kue puthu persis bunyi ketel atau ceret uap zaman Bung Karno.

Kue puthu tepung beras isi gula jawa
Photo by gembongresep.blogspot


Waktu saya masih ngegelosor di bangku sekolah dasar, saya menandai pedagang kue-kue tradisional. Contohnya, kalau pedagang lupis, cenil, klepon, dan tape goreng, biasanya mereka pakai tampah yang biasa buat menampi beras. Trus, sambil keliling emak-emak pedagang jajanan murah meriah itu manggil-manggil calon pembelinya: Kuww..weeeeeeeeee... Jajan ayoo jajan, ngger...?

Beda lagi sama pedagang gethuk. Pedagang gethuk umumnya, keliling sambil nyetel musik dan ngayuh sepeda. Begitu pula dengan pedagang kue puthu, saya dan pembeli lainnya dicuri perhatiannya pakai bunyi: Ngiiiiiiing...



Setiap ada pembeli yang datang, bunyi ngiiing dari pedagang kue puthu itu lenyap sesaat. Begitu transaksi selesai, maka dinyalakan lagi alat suitan yang mirip pluit kereta api kuno berbahan bakar batu bara.

Kukusan bambu kue puthu
Photo by nofan3sekawan.wordpress


Sejatinya kue puthu berwarna putih. Namun, di sejumlah daerah, seperti Jakarta, Bogor, Bandung, Riau, Medan, dan Makassar, kue puthu diwarnai hijau. Lantaran dicampur perasan daun pandan atau daun suji sebagai pewarna makanan. Tapi, kalau pembuat kue puthu lagi malas-malasnya meras dedaunan, mereka bakalan ambil cara praktis dengan menggunakan pewarna makanan kimia.

Di Yogyakarta sendiri, setahu saya, kue puthu kini tersedia dalam dua warna, yaitu putih dan hijau. Kue puthu berisi gula jawa dan parutan kelapa. Adonan kue puthu dibungkus menggunakan tabung bambu mini, kemudian dikukus. Sayangnya, pedagang-pedagang masa kini mulai mengganti pembungkus kue puthu, dari bambu menjadi paralon.

Pedagang kue puthu
Photo by sintacarolina.blogspot


Yaah... Rasanya tentu saja berubah, karena zat-zat alami yang ada pada bambu, menjadikan aroma kue puthu lebih semerbak. Selain itu, saya membayangkan pedagang kue puthu yang mengukusnya dengan paralon, mirip tukang ledeng, atau air PAM.

Sepengalaman saya, ketika saya masih menetap di Yogyakarta, pedagang kue puthu muncul mulai petang hingga larut malam. Sehingga, kue puthu menjadi teman ngemil yang manis dibarengi wedang ronde. Tapi, begitu saya pindah ke Bojong Gede, Kabupaten Bogor, pedagang kue puthu keliling, menjajakan dagangannya mulai Subuh hingga pagi hari.

Tekstur kue puthu padat dan krinyis-krinyis. Apa ya kosakata Bahasa Indonesianya untuk mengilustrasikan "krinyis-krinyis"?

Aha! Pernah mainan pasir di pantai kan? Tekstur kue puthu mirip pasir di tepian pantai yang dipadatkan. Wajar kok, gak perlu geli atau jijik, karena kue puthu sendiri terbuat dari butiran kasar tepung beras.

Tapi, tidak semua kue puthu seperti itu lho teksturnya. Tiap daerah memiliki caranya sendiri dalam mengolah dan menyajikan kue puthu.

Kue puthu versi tepung terigu
Photo by vemale.com


Puthu ayu, misalnya. Warna hijau muda yang cantik, dengan bentuk kembang. Makin tampil manis dengan taburan kelapa parut. Puthu ayu memiliki tekstur lembut dan empuk seperti bolu kukus. Hal tersebut dikarenakan puthu ayu dibuat menggunakan tepung terigu.

Sejauh ini, jenis kue puthu yang saya kenal, hanya ada dua, yaitu kue puthu tepung beras dan kue puthu tepung terigu. Mana yang lebih kamu suka?

Komentar

  1. wiiiiiih jadi pengen puthu ini:)))

    BalasHapus
  2. Disini aku jarang juga lihat kue putu mbak,,,sepertinya udah mulai nggak laku ya,,,jadinya rada jarang yg jualan,,,

    BalasHapus
  3. Langsung pengen ngeprint gambarnya di atas daun pisang, kali aja bisa langsung dilahap saat panas. Salam Mystupidtheory! :D

    BalasHapus
  4. Aku suka panggil tukang puthu kalau kebetulan denget suaranya. Belinya nggak banyak sih, cuma pengen bernostalgia aja ^^

    BalasHapus
  5. saya juga suka sama kue putu ini cuman sekarang udah jarang ada yg jual

    BalasHapus
  6. Sudah lama nggak makan kue Putu, hhehe. sesekali dulu pas masih ngontrak, ada yang jual, malah hari.

    BalasHapus
  7. kalau dikampung saya bukan kue putu tapi kue bambu, memang enak tu mbak, apalagi kalau untuk buka puasa

    BalasHapus

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan setelah membaca tulisan ini?