Lebih Enak Mana? Nulis Pakai Pena Atau Keyboard?

Pilih pena atau keyboard?


Old school. Sebutan tersebut rasanya lebih pantas untuk mengilustrasikan keadaan zaman yang serba canggih bin gesit ini. Old school atau ketinggalan zaman, mulai ditujukan kepada mereka, populasi yang masih gemar menggunakan dengan teknologi antik. Perubahan demi perubahan mulai terasa, ketika mulai kilas balik dari masa puluhan tahun lalu menuju era digital.



Konon, zaman nenek moyang saya masih muda, orang-orang bertukar kabar masih menggunakan surat yang ditulis tangan. Kantor pos yang jaraknya lumayan jauh dari rumah, rela ditempuh hanya demi selembar atau beberapa lembar surat demi dia yang jauh di sana. Harga perangko pun masih terjangkau kocek rakyat jelata dengan kelas ekonomi menengah ke bawah. Paling murah adalah dua puluh lima rupiah, sedangkan semahal-mahalnya perangko palingan hanya tiga ribu lima ratus rupiah. Setidaknya, itulah harga perangko sekitar Tahun 1994.

Bagaimana perkembangan surat menyurat di Tahun 2014?

Bisa dikatakan terpuruk. Itulah pandangan saya. Sejak adanya email, SMS, chat, dan social media, yang super cepat dan ekonomis. Kirim-kiriman pesan lewat surat sudah gak zaman bagi mayoritas orang. Saya termasuk yang mayoritas itu lho. Fungsi kantor pos mulai didominasi oleh kirim-kiriman paket dibandingkan kirim surat.

Kadang saya rindu dengan hal tersebut. Rindu ketika membuka kiriman barang, hadiah dari teman, saudara, atau orang tua, saya menemukan selembar surat terselip. Apapun isinya, tidak masalah untuk saya walau hanya sekedar bilang: Semoga bermanfaat ya, Mew. Tapi kan, tidak semua orang berpikiran kuno seperti itu ya? Beberapa dari mereka memilih untuk menyampaikannya melalui email, SMS, atau pesan di social media, ketimbang nulis di kertas. Beberapa dari mereka pula memilih untuk tidak menyampaikan apa-apa baik melalui surat maupun email. Sedangkan, sisanya masih menikmati berkirim surat.

Pembahasan ini, barulah seputar transformasi lembaran-lembaran surat kertas menuju surat elektornik. Ada lagi yang menarik. Yaitu, ketika melihat adanya perubahan kesenangan orang-orang yang makin hari makin menikmati dunia ketik mengetik dibandingkan menulis dengan tangan. Termasuk saya.

Entah sudah berapa bulan, rasanya jarang sekali saya menggunakan jemari untuk menulis. Pena dan pensil kini hanya digunakan untuk corat-coret menggambar di kertas. Keindahan huruf-huruf di kertas, kini dipindahkan ke layar monitor menggunakan papan ketik bernama keyboard. Fenomena keyboard bukanlah hal yang fantastis karena dulu pun dikenal alat canggih sejenis keyboard bernama mesin tik. Hanya saja, menggunakan mesin tik tidak senyaman dan seasik keyboard. Untuk memencet tab huruf demi huruf pada mesin tik, dibutuhkan tenaga mendekati super power untuk menghasilkan huruf yang tebal dan jelas. Semakin besar tenaganya, maka semakin hitam huruf yang tercetak pada kertas.

Bisa jadi, karena sebab-musabab itu pula orang-orang yang malas menggunakan jarinya untuk menulis, termasuk saya, dengan senang hati menghindari mesin tik sambil berandai-andai suatu hari para inverter akan memperkenalkan teknologi untuk Sang pemalas.

Transformasi zaman dari manual ke digital
Photo by lifehacker.com


Kenyamanan teknologi saat ini tidak cukup hanya sebatas kirim-kiriman surat. Saya ingat, hingga Tahun 2010 saya selalu berusaha membawa notes kecil dan pena untuk mencatat ide-ide yang bisa muncul dimana saja dan dalam kondisi bagaimana saja. Dari notes kecil, lama-lama berubah menjadi notes besar dan tebal. Memang sieh, berat dan membutuhkan tempat penyimpanan besar untuk membawa buku catatan kosong. Jika pada umumnya mereka mengecilkan buku catatan, agar lebih simple. Saya berlaku sebaliknya, saya malah membesarkan buku catatan agar bisa menampung semua ide dan membuat jari saya lebih bebas bergerak.

Namun, semua itu mulai tersingkir, sejak hadirnya aplikasi-aplikasi canggih yang dimuat dalam satu tablet mini atau notebook. Tidak hanya notes yang bisa dicatat oleh kotak elektrik tersebut, melainkan juga to do list, reminder, agenda, buku... Semuanya. Semua hal yang bisa ditampung oleh kertas dan pena, bisa dilakukan oleh monitor dan keyboard.

Lalu, bagaimana dengan kamu? Apa yang kamu gunakan untuk mencatat? Apakah kamu punya pena favorit, notebook, atau aplikasi menulis? Tinggalkan komentar ya...

Komentar

  1. Dulu tulisan tangan saya jelek...
    Sekarang jadi tambah jelek karena jarang nulis. Hehehe...

    Anyway, saya merindukan jaman dulu, cerita bisa sangat berwarna karena keterbatasan komunikasi. Dulu nembak cewek pake surat, nunggu jawabannya bisa berhari-hari deg-deg ser... padahal tiap hari ketemu di sekolah. Nagih ngomong langsung ga berani, sms belum ada, telpun yang punya segelintir. Jadi ya... lucu aja kalo inget jaman dulu. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. wahahaha... wah saya jadi tahu nieh pengalaman nembak ceweknya mas iwan :-d

      Hapus
  2. Apalagi sekarang sudah banyak sekali smartphone yang lebih simple, pasti akan habis juga tuh yang namanya notes.. :)
    Kasihan pabriknya ntar gak bisa mendapatkan hasil. Hahaha

    BalasHapus
  3. kalau di luar ruangan aku lebih enak mencatat segala hal di hape,,tap kalau udah di dalam ruangan seperti di kantor lebih suka nulis,,,pake bolpen dan kertas, membantuku mengingat apa yg harus aku lakukan :)

    BalasHapus
  4. Menulis dengan tangan juga harus dibiasakan mbak, walaupun jaman saat ini sudah canggih yang selalu menggunakan jari (komputer) jika ingin menuliskan sesuatu. Benarkan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener mas... kalau udah kebiasaan dan keenakan ngetik-ngetik gitu, begitu nulis pake bolpent de el el rasanya kaku=kaku gimana gitu...

      Hapus

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan setelah membaca tulisan ini?