Ngeramein Politik Gak Bikin Saya Kaya

Masih hot dengan issue di bilik-bilik politik seputar Prabowo versus Jokowi?

Sori Mas, Rapopo Njihih?
Photo by simomot.com
Sejak pemilu legislatif DPR dan DPRD Bulan April 2014, rakyat Indonesia mendadak kompak dan serentak melek politik. Mereka, kaum minoritas yang emoh paham politik, lama-lama tergugah juga untuk ikutan nyeletuk. Biarpun cuma bilang: Saya muak hingga lelah lantas bosan, tiap hari dijejali aib-aibnya Si Capres.

Padahal, ini sudah hampir dua bulan berlalu. Padahal, ada gol-golan seru yang disebut Piala Dunia 2014. Padahal, ada gossip kawin-cerai dan keglamoran artis. Padahal, ada kampanye sejuk dari tim suksesnya Allah dengan tema Marhaban ya Ramadhan. Tapi, semua itu tidak mampu menyurutkan atau sekedar meredam hingar-bingar semangat rakyat mengghibah dengan bumbu fitnah tentang Sang calon presiden.

Selepas ngomongin Piala Dunia 2014, kehidupan artis, dan persiapan Ramadhan 1435 H, masih saja dikait-kaitkan dengan kekisruhan politik.



Saya setel kotak hitam yang namanya televisi dan radio, tetap saja ada bayang-bayang Prabowo-Jokowi. Saya baca surat kabar, masih saja ada selentingan miring setengah tegak lurusnya Prabowo-Jokowi. Saya login ke sosial media Facebook dan Twitter, ternyata tidak hilang juga fenomena hantu Prabowo-Jokowi. Kenapa banyak yang jadi pengamat politik dadakan? Yang diobrolin ujung-ujungnya adalah copras-capres-copras-capres. Debat-debut-debat-debut.

Tidak hanya bapak-bapak yang doyan ngomongin si copras dan si capres. Ibu-ibu juga ketularan ngomongin politik bergaya infotaiment. Mereka tidak lagi ngerumpiin drama telenovela yang mengisahkan pertikaian mesra antara Juan dan Pedro dalam memperebutkan hati Rosalinda. Mereka tidak lagi mengeluhkan harga gorengan tempe, rebusan tahu, terong, cabe, cabe-cabean, terong-terongan, sambel bejek, atau rujak beubeuk. Mereka tidak lagi berpantun Joko Sembung atau Prabu Rumangsa. Mereka tidak lagi mikirin susu anak mulai menipis, atau tarif angkot kian semrawut.

Demam Politik Akurapopo
Photo by almajudy.com


Mereka hanya doyan ngomongin yang katanya panglima berkuda. Mereka hanya doyan ngomongin yang katanya pengusaha blusukan. Mereka hanya doyan ngomongin Prabowo dan Jokowi. Mereka hanya doyan memparodikan Prabowo dan Jokowi. Begitulah mereka, begitu pula saya.

Tapi, tapi, tapi...

Terjerumus ke lembah politik, ternyata gak bikin dapur di rumah saya ngepul. Menjadi komentator politik, ternyata gak nambahin rupiah di celengan ayam saya. Ikutan nimbrung sebagai relawan tim sukses capres-cawapres, ternyata gak mendatangkan kurcaci-kurcaci untuk merampungkan pe-er yang kian lapuk menumpuk. Oalaaah... Duniaaa....

Komentar

  1. begitulah mas karena memang ini lagi musim arus politik terkait pemilihan capres, sebab dua kandidat tersebut mempunyai poros politik yang benar-benar bersaing.

    BalasHapus
  2. Kalau saya lebih memilih fokus untuk bulan puasa ini mas daripada pusing memikirkan politik heehee

    BalasHapus
  3. ya beggitulah media sosial mbak,,semuanya rame,,ngalah2in pasar malam saja,,,yg penting mah kitanya pintar2 memilah dan memilih yg baik,,kan hampir ramadhan nih,,yuk mari2 dekatkan diri pada Allah mohon petunjuk untuk memilih yg amanah nantinya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. yuuukkkk :D iya mbak betul... semoga Allah menetapkan pemimpin yang baik untuk Indonesia...

      Hapus
  4. Hihi.. Saya jadi ingat sesuatu : "Siapapun presidennya, tetap aja kita harus cari duit.." :D Iya dong.. Bahas copras-capres memang tak akan habis, malah uang kita yang habis.. Tapi, jadi penasaran : kalau pas puasa, masih ada bleki kampaign gak ya? :D Sekarang aja panas banget..

    BalasHapus

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan setelah membaca tulisan ini?