Sebagai seorang blogger yang pengen banget tulisannya dibaca oleh masyarakat melek internet, tentulah saya nyari-nyari trik dan tips supaya blog saya tidak kehilangan penggemarnya.
Ini bukan sekedar ngomongin hal-hal yang bisa mendongkrak Page revenue per thousand impressions (RPM) di Google Adsense. Lebih tepatnya, pembahasan ini tentang bagaimana agar saya selaku blogger, tetap produktif, aktif, dan menyajikan artikel yang berkualitas.
Suatu hal yang menarik ketika bersinggungan dengan kosa kata "kualitas". Banyak ragam terjemahan tentang apa itu "kualitas".
What did you mean by the quality?
What is a high quality product?
Apakah itu produk berkualitas tinggi?
Apapun definisi atau persepsi ketika menerjemahkan kata "kualitas" dari berbagai macam sudut pandang yang dilatar belakangi beragam profesi, poinnya tetaplah sesuatu dikatakan berkualitas tinggi jika hal tersebut mampu memberikan manfaat dan menginspirasi.
Pemahaman baru tentang produk berkualitas tinggi, saya peroleh melalui inspirator, yang terbiasa untuk jadi luar biasa, dalam acara IdEA Jabodetabek Local Meetup And Coaching Clinic pada Mei 2014.
Tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu karakteristik seorang kreator yang baik adalah yang memperhatikan kualitas detail pada produknya. Namun, tidak sedikit yang bertanya, apakah yang dimaksud dengan produk berkualitas tinggi? Pertanyaan tersebut pun merupakan salah satu pertanyaan saya.
Dalam acara IdEA Coaching Clinic yang saya hadiri, Oom Acong Kecil yang diundang sebagai motivator dengan tema bahasan "Zero to Million" memaparkan pengalamannya bergulat dengan para reviewer di Graphicriver. Awalnya, submit item di Graphicriver tidaklah mulus, karena para reviewer di Graphicriver seneng ngedendangin lagu "Di reject"-nya Janetta Janet. Alasannya, tidak lain dan tidak bukan adalah Oom Acong Kecil belum memberikan produk dengan kualitas terbaik. Lantas, kembali lagi ke pemahaman tentang: Apa itu produk berkualitas tinggi?
Suatu produk yang terkesan sederhana dan gampang dibuat tanpa ada teknik-teknik luar biasa, ternyata jauh lebih menarik minat masyarakat dibandingkan dengan produk saya yang pembuatannya menguras waktu, tenaga, dan pikiran selama hampir berbulan-bulan. Kenapa? Apakah dunia sudah mulai kehilangan selera?
Jawabannya simple saja. Hanya tersirat dari satu pertanyaan dan satu ilustrasi. Tanyakanlah pada diri sendiri sebelum berkeluh kesah: Apakah saya pernah berpikir untuk membuat produk semacam itu?
Layaknya seorang koki. Koki yang luar biasa, dia tidak hanya sekedar membuat makanan dengan tampilan aneh-aneh dan rasa-rasa yang mengejutkan ketika orang lain mengicipi masakannya. Tapi, koki yang luar biasa, adalah dia yang memasak agar bisa dimakan dan dinikmati oleh orang lain, termasuk dirinya sendiri. Bagaimana bisa, seorang koki menghidangkan sesuatu kepada orang lain, sedangkan dirinya sendiri tidak mau memakannya? Bagaimana bisa, seorang koki hanya membuat hidangan yang bisa dinikmati mata, tapi tidak bisa dinikmati lidah yang justru kunci penyimpanan sejuta rasa?
Kalau niatnya memasak hanya sekedar bikin ngiler secara tampilan, maka setelah masakan itu jadi, segera saja difoto lalu upload ke blog dan promosikan ke Foodgawker.
What is a High Quality?
Photo by fotolia.com
|
Suatu hal yang menarik ketika bersinggungan dengan kosa kata "kualitas". Banyak ragam terjemahan tentang apa itu "kualitas".
What did you mean by the quality?
What is a high quality product?
Apakah itu produk berkualitas tinggi?
Apapun definisi atau persepsi ketika menerjemahkan kata "kualitas" dari berbagai macam sudut pandang yang dilatar belakangi beragam profesi, poinnya tetaplah sesuatu dikatakan berkualitas tinggi jika hal tersebut mampu memberikan manfaat dan menginspirasi.
Pemahaman baru tentang produk berkualitas tinggi, saya peroleh melalui inspirator, yang terbiasa untuk jadi luar biasa, dalam acara IdEA Jabodetabek Local Meetup And Coaching Clinic pada Mei 2014.
IdEA Coaching Clinic in May 2014
Photo by Indonesian Envato Author
|
Tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu karakteristik seorang kreator yang baik adalah yang memperhatikan kualitas detail pada produknya. Namun, tidak sedikit yang bertanya, apakah yang dimaksud dengan produk berkualitas tinggi? Pertanyaan tersebut pun merupakan salah satu pertanyaan saya.
Dalam acara IdEA Coaching Clinic yang saya hadiri, Oom Acong Kecil yang diundang sebagai motivator dengan tema bahasan "Zero to Million" memaparkan pengalamannya bergulat dengan para reviewer di Graphicriver. Awalnya, submit item di Graphicriver tidaklah mulus, karena para reviewer di Graphicriver seneng ngedendangin lagu "Di reject"-nya Janetta Janet. Alasannya, tidak lain dan tidak bukan adalah Oom Acong Kecil belum memberikan produk dengan kualitas terbaik. Lantas, kembali lagi ke pemahaman tentang: Apa itu produk berkualitas tinggi?
Suatu produk yang terkesan sederhana dan gampang dibuat tanpa ada teknik-teknik luar biasa, ternyata jauh lebih menarik minat masyarakat dibandingkan dengan produk saya yang pembuatannya menguras waktu, tenaga, dan pikiran selama hampir berbulan-bulan. Kenapa? Apakah dunia sudah mulai kehilangan selera?
Jawabannya simple saja. Hanya tersirat dari satu pertanyaan dan satu ilustrasi. Tanyakanlah pada diri sendiri sebelum berkeluh kesah: Apakah saya pernah berpikir untuk membuat produk semacam itu?
Layaknya seorang koki. Koki yang luar biasa, dia tidak hanya sekedar membuat makanan dengan tampilan aneh-aneh dan rasa-rasa yang mengejutkan ketika orang lain mengicipi masakannya. Tapi, koki yang luar biasa, adalah dia yang memasak agar bisa dimakan dan dinikmati oleh orang lain, termasuk dirinya sendiri. Bagaimana bisa, seorang koki menghidangkan sesuatu kepada orang lain, sedangkan dirinya sendiri tidak mau memakannya? Bagaimana bisa, seorang koki hanya membuat hidangan yang bisa dinikmati mata, tapi tidak bisa dinikmati lidah yang justru kunci penyimpanan sejuta rasa?
Kalau niatnya memasak hanya sekedar bikin ngiler secara tampilan, maka setelah masakan itu jadi, segera saja difoto lalu upload ke blog dan promosikan ke Foodgawker.
materi kali ini cocok banget buat seller online kayak saya nih, ikut menyimak..
BalasHapushehe... alhamdulillah ya mbak elsa :D
Hapusmenarik, saya juga ingin main di GR ... tapi belum punya ide
BalasHapusdulu sempat submit template Blogger di TF, dan di-hard reject, hehe
hehe.. maju terus saja gan... :D
Hapusyang berkualitas itu susah susah gampang sebenarnya,,asalkan dari kitanya sendiri saja,,,jika orang lain bisa menikmati produk kita,,,mengapa kita tidak seharusnya lebih dari orang itu :)
BalasHapusbener mbak :D setuju! :)
Hapuswah, berat nih pembahasannya, bang. eheheh... secara, ane nulis blog isinya hanyalah cerita ane sendiri. yaah... kisah-kisah pengalaman ane aja sih. tapi, walaupun begitu, ane ttep mengusahakan yang terbaik, kang. yah... kalo istilahnya sih, buat jokes agar orang lain tertawa, ane sendiri bisa nggak tertawa dengan jokes itu. yah, pokoknya sih, berikan yg terbaik gitu lah. eheheh...
BalasHapusoh, iya bang. boleh nggak minta diajarin cara bikin templat yg kayak punya abang ini. hehe... mau rubah tampilan template soalnya.
tapi kisah-kisahnya luar biasa lho mas :D
Hapusbtw, saya gak bisa bikin template :) tapi kalau mas ahmad mau template ini, nanti saya kirimin via email, gimana?
desain ntuu yaa KISS : Keep It Simple Smart ( saya ganti Stupidnya). assikk euyy coaching clinicnya dibuat artikel synk saya ga bisa dtg....makin sukses yaaa Mew...
BalasHapusihiy! makasih mbak anissa... udah mampir :)
Hapuswah sepakat deh sama KISS-nya mbak anissa :D
Betul sekali Indikator Kualitas Produk dapat memenuhi kebuuhan konsumen dan sangat menentukan loyalitas seorang konsumen sehingga perusahaan mendapatkan laba / profit yang lebih baik sumber Nurul Huda
BalasHapusiya, gan, semakin baik produk yang ditawarkan, maka konsumen akan pikir-pikir untuk pindah ke lain hati... Makasih sudah mampir ya gan...
Hapus