Review Fim Box Office "Escape Plan"

Ada gak ya mantan napi yang lagi baca artikel ini?

Ngomongin soal narapidana alias napi, jadi inget "Bang Napi". Itu lhoo, yang khas dengan kredonya di akhir segmen, "kejahatan tidak selalu terjadi hanya karena niat pelakunya, tapi juga kesempatan. Waspadalah! Waspadalah!"

Escape Plan
Photo by freefever.com
Film Box Office terbaru Arnold Schwarzenegger dan Sylvester Stallone tahun 2013 berjudul, "Escape Plan".

Sylvester Stallone berperan sebagai Ray Breslin, yaitu pensiunan pengacara yang beralih berprofesi menjadi penguji tingkat keamanan penjara. Ia berencana menghabiskan hidupnya hanya sebagai napi palsu yang mencari kelemahan sistem penjara.

Sekilas, job semacam ini memang asik. Ngingetin saya kepada hacker dan cracker. Sayangnya, para penjebol website security rata-rata volunteer, alias kagak dibayar. Gratis, yang penting eksis.

Lain dengan Ray Breslin, dia memang mendirikan perusahaan Breslin-Clark untuk menguji tingkat maksimum keamanan penjara.



Selang beberapa lama, Ray Breslin mendapatkan tawaran dari sebuah perusahaan swasta untuk menguji tingkat keamanan penjara mereka. Tantangannya adalah penjara tersebut bersifat rahasia, tersembunyi, black spot area, dan underground. Ray Breslin diberikan identitas palsu sebagai prisoner (narapidana) bernama "Portos". Sebesar tantangannya, maka sebesar itu pula bayaran yang ditawarkan.

Awalnya, Ray Breslin, terutama istrinya, berniat untuk menolak proposal tersebut. Tapi, gara-gara dipanas-panasin dengan kalimat "penjara ini didesain tanpa celah khusus bagi penjahat kelas kakap yang telah berkali-kali berhasil meloloskan diri", sehingga Ray Breslin tertarik untuk dijebloskan ke dalam penjara, yang disebut "Black Site".

The Black Site
Photo by artofvfx.com
Singkat cerita, masuklah Ray Breslin ke Black site sebagai Portos. Ternyata, penjara tersebut di luar dugaan Portos alias Ray Breslin. Semua dinding terbuat dari kaca dan disusun dalam posisi vertikal. Identitas opsir penjara disembunyikan dengan memakai topeng dan pistol laser siap ditangan. Nah, lho! Kalau desain penjaranya semacam itu, gimana tuh kaburnya? Apa lagi setiap sudut dipasangi CCTV. Karena setting film-nya sudah ganti menjadi penjara, jadi nama "Ray Breslin", karakter yang diperankan oleh Sylvester Stallone, diganti jadi "Portos" saja ya...

//--Lanjut!

Di hari pertama, seperti penjara pada umumnya, Portos disambut panas oleh para opsir dan tahanan. Pertama-tama, Hobbes memanggil Portos buat diajak kenalan. Gak paham juga, buat apa acara kenalan. Saat sesi kenalan itulah Portos minta dibebaskan. Sayangnya, Hobbes malah bilang, "semua tahanan yang ada di sini, akan tetap berada di sini sampai mati." It means, Portos gak mungkin dibebasin.

Setelah ngobrol-ngobrol panjang kali lebar bagi dua kurang lama tambah dikit. Emil Rottmayer, yang diperankan oleh Arnold Schwarzenegger, muncul. Singkatnya, Rottmayer membuka diri sebagai teman sesama napi calon mati.

Mulai babak inilah, alur cerita Escape Plan benar-benar sesuai judulnya, yaitu mencari cara untuk kabur dari penjara bersangkar kaca, yang ternyata sebuah kapal mengapung di laut antah berantah. Pada akhirnya, tetap saja happy ending.

Well... Saatnya komentar.

Kualitas aktor dalam bidikan kamera:
"Bintang-bintang legendaris ikut memeriahkan Escape Plan, seperti...
  • Arnold Schwarzenegger. Begitu lihat wajah Oom Arnold Schwarzenegger, jadi keingetan "Terminator";
  • Sylvester Stallone. Masih ingat Film "Rambo"? Atau "Rocky"? Aha! Dua film jadul itu masih melekat dalam memori seakan baru kemarin ngelihat aksi Sylvester Stallone sebagai Rambo plus... Petinju profesional;
  • 50 Cent. Haaa! Kenapa "50 Cent"? Setengah dollar? Salah satu lagu hits-nya berjudul "In Da Club";
  • Faran Tahir. Hmm, ketika berlaga di Film "Iron Man", saya tidak terlalu memperhatikan Faran Tahir. Namun, kini dia berhasil mencuri perhatian saya, sejak memerankan karakter "Javed", yaitu salah satu napi muslim dan "taat", di Film "Escape Plan". Yaps! "Javed" digambarkan sebagai muslim yang "taat" --dalam tanda kutip. Seenggaknya, itulah yang berusaha dibentuk dalam mindset penonton Escape Plan, bahwa kepribadian seorang muslim tidak jauh seperti sosok "Javed". Yaitu, kasar, suka berantem, sulit bersahabat, tidak ramah, munafik, dan rela berkorban, walaupun rajin sholat fardhu, sholat sunnat, dan baca Qur'an; //--Ehmm...
  • Sam Neill. Dibandingkan berlaga di Box Office, penampakan Sam Neill lebih sering di TV Series."


Efek dramatisasi:
"Secara keseluruhan, Escape Plan tidak mengecewakan. Layaknya Film Rambo, Escape Plan cukup dramatis. Efek dramatis ditampilkan sejak Portos, alias Ray Breslin, menyadari peluang lolos dari Penjara Black Site hanya sekitar 10%.
Dramatisasi semakin meningkat dalam nuansa persahabatan Portos dan Rottmayer, dimana Rottmayer harus rela bolak-balik masuk sel isolasi demi memenuhi persyaratan Portos agar bisa kabur dari Black Site. 
Tidak berhenti di situ, nuansa dramatis terus dibangun ketika Portos dan Rottmayer merekrut Javed dan beberapa napi muslim lainnya untuk ikut bergabung dalam rencana meloloskan diri. Dan di sinilah letak propoganda islam. Tolong diingat, Film Escape Plan memang berani, nyeleneh, nyentrik, ngawur, dan ndablek.
Berani-beraninya Pak Sutradara, Mikael Håfström, menampakkan kemunafikan kita sebagai orang islam. //--Huh?! "Kita"? Maksudnya "saya" kali yaa...
Adegan paling krusial, ketika Javed meminta kepada Hobbes agar dibiarkan mendirikan sholat tahajjud dalam ruangan yang atapnya hanya ditutup jaring-jaring. Padahal, Javed menggunakan waktu sholatnya untuk mengamati perubahan posisi bintang timur dan bintang utara setiap malam. Dan, ketika penjaga mengintip aktivitas Javed, dia langsung pura-pura sholat.
Sosok Javed secara nyata membuka mata saya bahwa selama ini umumnya umat islam gemar mempermainkan ajaran agama.
Apa ya istilah pasnya? Mungkin...
"Serigala berpeci"?
Kesannya lucu, bagi penonton lainnya. Adegan berdurasi 5 menit tersebut, sukses membuat hampir seluruh penonton di bioskop terpingkal-pingkal. Yaps! Hampir seluruh penonton di bioskop menikmati karakter nyeleneh Javed di Escape Plan, kecuali saya.
Ya, saya sebagai muslim memang kadang-kadang lalai, tapi kan gak perlu juga diungkapkan senyata itu juga kan? Apa lagi dalam sebuah film yang ditonton jutaan mata jin dan manusia. Ini namanya membuka aib orang lain, menyebar luaskan fakta kebobrokan mental. Ya, gak?
Puncak kedramatisan Escape Plan adalah ketika Javed rela mati demi melindungi dua sahabatnya, Portos dan Rottmayer. Rambo banget nieh..."


Kematangan alur cerita:
"Perpindahan satu adegan ke adegan lainnya, kurang smooth. Sangat terasa bahwa banyak sekali ide cerita dipaksa masuk lantas dipadatkan dalam film berdurasi 115 menit."


Setting:
"Lumayan. Layaknya penjara. Hanya saja, di kapal peti kemas sebesar 1,306 x 190 feet, isinya cuma ruang unit kesehatan sesempit 3 x 4 meter, ruang kumpul tahanan, sel bertingkat, sel isolasi, tangga-tangga besi, dan ruang santai Hobbes."


Visual efek:
"Gak terlalu banyak visual efek. Shoot kapal kargo Black Site banyak diselesaikan menggunakan efek 3D, sehingga ukuran kapal terlihat dua kali lebih besar dari aslinya. Bagaimanapun juga, tidak semudah itu menghilangkan New Orleans di setiap background."


Escape Plan secara keseluruhan:
"Boleh juga, sebatas alternatif, hanya dan hanya jika, gak ada lagi film lain yang lebih layak ditonton selain Escape Plan, saat itu juga."

Komentar

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan setelah membaca tulisan ini?