"Diantara salah satu penggalan kecil cerita yang ada di masa Bani Umayah, ada seorang gadis cantik dinikahi oleh seorang yang paruh baya dengan buruk rupa. Seorang amir mendapati perempuan ini, terjadilah sebuah dialog, 'kenapa engkau mau dinikahi oleh seorang yang lebih tua, bahkan dengan wajah yang buruk rupa?' Bahkan sang amir inipun berani menyebutkan tidak hanya secara fisik disebutkan tetapi secara akhlaq, 'suamimu pun juga berakhlaq yang buruk.'
Perempuan ini bukannya dia berpikir panjang dengan hal yang disampaikan oleh seorang amir, justru perempuan ini balik dengan keadaan yang tidak terima apa yang disampaikan oleh sang amir. 'Wahai amir, tidakkah engkau tahu? Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasalam bersabda: agama itu ada 2 wilayah, satu tempat ada pada syukur tempat yang lain ada pada sabar.
Ketahuilah aku bersyukur kepada Allah Jalla Jalaluh memiliki paras yang cantik seperti ini. Tapi, itu baru separuh dimata Allah Jalla Jalaluh dalam tingkat keberagamanku dihadapannya, dan sungguh aku ingin menyempurnakan separuh agamaku dengan aku mau bersabar dinikahi oleh suami yang sudah sepuh dengan buruk rupa dan buruk akhlaq. Jadi, asbab semoga Allah menyempurnakan keberagamaanku ini.' Amir tersebut merasa tertampar dengan jawaban gadis sholehah ini."
Sekelumit cerita ini, sebenarnya, saya sampaikan adalah tentang materi syukur. Ternyata syukur adalah diantara salah satu maqam yang oleh Sayyid Al Kutub pengarang kitab tafsir "Fidzilali Qur’an" itu menempati satu tempat di atas maqam taqwa. Jika itu dikaitkan di antara beberapa ayat di dalam Al Qur’an, Allah Jalla Jalaluh di antaranya menyebutkan Ittaqullah La’alakum Tasykurun.
Bersyukur
Photo by mdckesan.wordpress.com |
Karena itulah orang yang bisa menerjemahkan rasa syukur dirinya kepada Allah Jalla Jalaluh adalah hamba-hamba Allah pilihan. Ada banyak ayat yang mengatakan ada orang yang bersyukur adalah orang pilihannya Allah Jalla Jalaluh, kenapa? Karena amat sangat sedikitnya diantara hamba Allah yang pandai bersyukur.
Nabi Sulaiman Alaihi Salam mendapati begitu banyak kekayaan yang Allah titipkan kepadanya. Yang dia minta kepada Allah adalah agar menjadikan dirinya sebagai hamba yang pandai bersyukur. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasalam sangat hebat ibadah dia kepada Allah, karena mendapatkan respon yang cukup dari istri beliau Aisyah. Kenapa engkau masih melakukan ini ya Rasulullah saat beliau mendapati diri suaminya dalam keadaan kaki yang bengkak. Tidakkah engkau bahagia wahai istriku mendapati suami mu dalam keadaan bersyukur.
Yang ingin saya tegaskan bahwa syukur adalah suatu maqam yang seharusnya kita coba telisik lebih jauh terkait dengan berakhirnya tahun 2013 ini. Maka syukur yang harus kita terjemahkan dalam konteks kali ini, paling tidak ada dua yang harus kita hidupkan.
Bagaimana seharusnya rasa syukur itu kita utamakan kaitannya dengan pihak di atas kita, maka dengan ketaatan yang baik yang sempurna yang kita berikan. Siapa di atas kita? Allah Jalla Jalaluh zat yang menciptakan kita. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasalam adalah orang yang mengantarkan kebaikan dalam kehidupan kita, orang tua kita, begitu banyak kehidupan ini kita cap dengan kebahagiaan.
Selanjutnya, menerjemahkan syukur itu dengan kita mau berbagi kebaikan dengan mereka. Saling berilah hadiah, tumbuh kembanglah rasa cinta di antara kalian. Sesama teman bisnis, teman seperjuangan, kerabat yang tidak jauh maqamnya dengan kita maka cobalah kita berbagi kebaikan dengan itu.
Mari saling berbagi. Semakin berbagi, maka Allah Ta'ala akan semakin memurahkan ya :)
BalasHapusSubahanalloh, bagus dan inspiratif ulasannya ttg Syukur ini mbak Mew, dituangkan dengan kata2 yang jelas dan menarik, love it much saaay
BalasHapus