Ketika Sorot Mata Najwa Menikam Farhat Abbas

Coba tebak! Semalam, saya kesurupan apa? Kok mendadak muntah postingan, berkenaan Video Track Record (VTR) Farhat Abbas di Talk show Mata Najwa, tanggal 21 Agustus 2013.

Saya awali cuap-cuap kali ini, dengan mempersilakan teman-teman pembaca blog, untuk ngeklik "Play" di video berikut:



"Mata Najwa" Ep. Farhat Abbas Part 1test"Mata Najwa" Ep. Farhat Abbas Part 2

Heemmsss.....
Gimana tayangannya? Sudah lihat?

Kalau nonton acara politik seperti ini, apa yang biasanya bikin betah nongkrong melototin layar monitor? Atau, hal menarik apa yang gampang diingat?

Statement lucu? Kocak? Menggelikan? Atau, bikin kontroversi?

Adegan marah-marah?

Sesi curhat sampai buka-bukaan aib?



Acara "Mata Najwa" bertajuk "Mendadak Capres", di Metro TV, tidak sekedar mengundang 3 kandidat calon presiden RI. Melainkan juga, melibatkan sensasi publik garapan pengacara kondang, Farhat Abbas. Sempat terlintas, bahwa kamu lebih seneng baca talk show review-nya ketimbang nonton langsung.

Farhat Abbas
Photo by rimanews.com
Kalau benar, begitu adanya... Biar saya coba ulas melalui sudut pandang saya sebagai blogger awam politik. Sekilas info, konon Farhat Abbas merupakan pengacara yang kerap menangani kasus selebritis. Semakin menanjak ketenarannya, gak membuat Farhat Abbas berhenti mengomentari tingkah orang-orang populer sekelas Jokowi, Ahok, Rhoma Irama, Ahmad Dhani, Najwa Shihab, dan Coboy Junior. Namun, tahu kah kamu? Ternyata, Farhat Abbas adalah fans beratnya JKT 48!

Kalau redaksional acara infotaiment di TV, bakalan dibikin merinding seperti, "gegap gempita suara pengacara yang penuh sensasi minim prestasi... Seakan tidak pernah puas menghiasi media masa, demi popularitas semu belaka. Nyanyian syahdu nan merdu milik Farhat Abbas tampak tak berdaya untuk menabuh genderang perang dan mengibarkan panji-panji emosi tatkala berhadapan dengan Mata Najwa..."

Ada topik menggelitik, yang ditawarkan Farhat Abbas dalam bincang-bincang bareng Najwa Shihab, yaitu:
"Berkuasa yang penting amanah, benar, sejahtera, dan bisa adil..."

Wah! Sepakat nieh. Biarpun saya memandangnya sebagai uraian protokol klise, basi, dan membosankan. Tapi, boleh saja, kalau bertujuan mengingatkan para pejabat di Gedung Merah Putih, terutama untuk diri sendiri, agar tetap on track. Begitu, bukan?

Tapi, memang dasar mulut ya... Bisa-bisanya, setelah itu, lidah Farhat Abbas keserimpet ide konyol buat ngedagel di depan Najwa Shihab.
"Saya mau kritik ya... Jika dikatakan saya hanya cari sensasi, heemmsss... Prestasi sebagai seorang pengacara yang sukses menyelamatkan 4 terpidana mati: 3 Australi dan 1 Indonesia, menurut saya itu sudah puncak karier... "

Sweat drop deh... Banyak bicara, banyak terjebak. Kalau sudah terjebak, pandangan mata mulai kabur hingga terbatas. Kalau mata saja sudah gak awas dan jangkauannya terbatas, maka akan senang nyinyir, mengeritiki apa saja di depannya. Begitu sudah biasa mencela, akhirnya jadi bangga diri dan banyak janji.

Ketika, pertama kali saya mendengar kalimat "menyelamatkan 4 terpidana mati", batin saya langsung berbisik merdu...
"Waaah! Keren juga..."

Tapi, lho?! Kenapa lanjutannya malah "3 Australi dan 1 Indonesia" alias "gembong narkoba"? Jangankan Najwa, bahkan saya pun yang baru injit-injit politik kemarin sore, dibuat gumun... Apa ya Bahasa Indonesianya "gumun" sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)? Mungkin...
Heran...
Takjub...

Maka inilah, kabar gembira bagi penjahat kelas kakap...

Tunggu! Keep on track. Mari berpikir positif.

Jika ditinjau dari segi profesi, jelaslah hal tersebut merupakan salah satu prestasi. Why? Pasti susah dunk, membebaskan seseorang dari jeratan hukum. Apa lagi hukum di Indonesia. Gak kebayang, ketika harus rela peras otak dan fullus...

Nah! Kebetulan, pada tahun itu, sedang digembar-gemborkan tema bertajuk "Hak asasi hidup setiap manusia, dimana pemerintah sekalipun tidak berhak merebut anugerah dari Allah ini, yaitu hak hidup dan hak merdeka." Jadi, wajar saja kalau pengacara satu ini show off, karena menganggap kasus tersebut merupakan tantangan.

Singkat cerita, pengacara mana, di Indonesia, yang rela melawan kehendak rakyat, dimana semua satu suara agar nyawa empat orang pembunuh bibit-bibit bangsa tersebut, dihabisi? Apalagi, pengacara itu melakukannya dengan segenap jiwa, harta, spirit, passion, nama baik, dan cucuran keringatnya. Seolah, nama yang sudah kadung tenar di kalangan Twitter dan Facebook menjadi tidak berarti.

Well... Cuma Farhat Abbas yang berani begini.

Indonesia, kamu memang bangsa ajaib!

Komentar

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan setelah membaca tulisan ini?