Perbedaan Naskah Theater Dan Naskah Film

Biasanya, saya hanya membuat script atau naskah skenario sebatas untuk film atau animasi. Ketika saya dihadapkan kepada dunia kerja yang sama tapi beda perguruan, saya jadi bimbang, Apalagi setelah membaca ide cerita yang disodorkan ke saya.

Ditulis dalam ide cerita, ada tayangan video flora dan fauna, pergantian latar belakang, lagu-lagu, dancers, dan... Elang terbang???

Theater
Photo by theatre.ubc.ca
Dengan seluruh ke-ndablekan dan kepedean saya, tanpa ragu-ragu saya ketik saja dulu script theater seperti saya buat script film. Karena adegan sambutan (welcoming scene) adalah pemutaran video flora dan fauna, tanpa ragu-ragu saya ketik sambil membayangkan mata kamera. Saya cantumkan Head Scene seperti INT/EXT, DAWN, DAY, DUSK, NIGHT, L.S --maksudnya long shoot, M.S --maksudnya Medium Shoot, ZOOM IN, ZOOM OUT, dan property lainnya.

Saya ketik persis sesuai angle kamera, sambil membayangkan para pemain theater otomatis membesar atau mengecil seketika. Atau, para penonton membawa kamera masing-masing, dan melihat pertunjukan melalui mata kamera.

//-- Saya jadi ingat drama musikal "Highschool Musical". Mungkin, gara-gara nonton film itu, makanya format script theater saya sesuai apa yang saya lihat melalui layar TV.

Saya pikir, sambil menyelam, minum air. Sayangnya, saya ini gak bisa renang, jadi wajar saja kalau kelelep sampai kembung minum air.



Saya kerahkan seluruh semangat yang membara!

Pokoknya, ketik dulu, revisi belakangan. Sambil ngetik dan cari celah untuk bikin script theater, saya sempatkan tanya-tanya ke forum: Gimana sieh cara bikin script untuk drama opera atau theater?

Setelah menunggu pengarahan dari para senior selama hampir 12 jam, akhirnya pertanyaan saya terjawab juga. Dan, alhamdulillah... Semua hasil garapan saya salah, sehingga saya harus ketik ulang. Allah memang Maha Luar biasa. Untung saja script theater yang saya buat baru jadi 5%, jadi saya gak lemes duluan.

Format penulisan script theater beda dengan format script film. Format penulisan script theater, sama saja seperti penulisan naskah drama lainnya. Atau, gambaran mudahnya, seperti menulis percakapan-percakapan ngegombal yang banyak beredar di internet. Hanya saja, ditambah ekspresi aktor. Misalnya:
Suatu siang di kamar tidur... 
Adik: "Mas, jangan ngomong terus dong, kan bau lagi puasa!" (sambil nutupin hidung) 
Kakak: "Biarin aja, kata ibu ini bau surga." (bangga) 
Adik: "Masa?! Emang di surga ada comberan?" (curiga setengah pingsan)

Penggalan obrolan tersebut, saya ambil dari Blog NgupingJakarta. Berdasarkan contoh tersebut, tentu saja pembuatan script theater lebih mudah daripada pembuatan script film.

Nah! Akhirnya saya tahu...

Komentar