Alasan Bank Menolak Proposal Kredit Usaha

Think optimism and dare to be different, merupakan kunci utama kesuksesan seorang pengusaha.

Tempat dan teknik berjualan bisa jadi unik dan bervariasi. Bisa jadi, agar dagangan saya dilirik konsumen, maka saya akan mendagangkannya dengan cara mengelilingi satu kota Jakarta, menitip barang dagangan di kios-kios dekat rumah, maupun berjualan lewat internet. Bagaimana pun teknik promosi dan penjualannya, bukankah saya memiliki rumah produksi? Dan rumah produksi itulah, yang nantinya menjadi alamat ketika mendaftarkan bentuk usaha. Oleh karena itu, mari kembali ke pertanyaan semula, yaitu "seberapa penting kehadiran KUR di mata pengusaha mikro?"

Money oriented
Photo by bisnis.liputan6
Pertanyaan semacam itu, lagi-lagi menyentil saya. Kehadiran KUR dikatakan penting ketika program ini benar-benar mampu menjadi super hero sejati para pengusaha, karena dana KUR mampu meningkatkan produktivitas. Akan tetapi, KUR bisa menjadi tidak penting dan diabaikan, jika pelaku usaha merasa tidak perlu meminjam uang karena kekurangan modal produksi bisa diatasi dengan cara menabung atau meminta konsumen membayar penuh pesanannya. Jawaban ini, ditujukan bagi mereka yang memahami tujuan KUR hanya berorientasi kepada uang.

Namun, tahukah kamu? Ternyata, KUR tidak semata-mata hanya berbicara masalah uang, uang, dan uang. Ketika seorang pelaku usaha datang ke inkubator seperti KUR dengan membawa proposal permohonan pinjaman, maka peluang diterimanya proposal tersebut, akan sama besar dengan penolakan. Bukan kapasitas saya untuk menjelaskan alasan "kenapa suatu proposal usaha diterima atau ditolak". Sekalipun saya bertanya kepada pihak bank maupun inkubator mengenai hal tersebut, maka jawaban yang akan mereka berikan bisa dibilang standar seperti: "belum memenuhi persyaratan", "belum feasible" (jika jawaban datang dari pihak inkubator), atau "belum bankable" (jika bertanya ke bank). Selain itu, bukan kewajiban bank dan inkubator untuk menjawab pertanyaan tersebut.



Saya baru menyadari, bahwa kemunculan inkubator sekelas KUR memiliki tujuan tersamar, yaitu memberikan penyuluhan atau bimbingan agar pemilik usaha tetap berada di jalur perencanaan, sesuai proposal yang diajukan. Seandainya, program KUR menonjolkan kata "bimbingan" atau "penyuluhan", bisa jadi minat pengusaha untuk menyenggol dunia inkubator melemah karena ego. Hal ini akan berdampak buruk pada perkembangan KUR, karena target-target pemerintah menjadi sulit dicapai.

UMKM incubators
Photo by ubayorengkampoeng.blogspot
Namun, akan lain ceritanya, ketika "uang" menjadi media promosi utama. Para pengusaha, baik mereka yang ingin usahanya cepat berkembang maupun pengusaha yang membutuhkan dana tambahan untuk menanggulangi biaya produksi, menjadi bermunculan dan berbondong-bondong mendatangi inkubator. Menarik, bukan? Inilah yang disebut sebagai strategi memanggil kucing menggunakan daging kaya serat, gizi, dan vitamin. Coba bayangkan, makanan manakah yang jika dikonsumsi kucing, gizinya akan lebih optimal diserap, ketika disuguhi "daging asap dibalut sayuran" dibandingkan dengan "daging cacah dicampur sayuran potong halus, yang sudah dikasih perisa bumbu daging"? Hal ini selaras dengan naluri pengusaha.

Akhir kata, saya menyimpulkan, bahwa UMKMK itu penting. Inkubator seperti KUR, juga sama pentingnya. Akan tetapi proses memaknai sebuah program, harus dikedepankan agar tujuan program tersebut menjadi tepat sasaran dan mudah diterima melalui kapasitas berpikir masyarakat.

Komentar