Republik Peduli Wanita Setengah Hati.

Tepat setelah judul tersebut selesai saya ketik, saya pun termenung-menung. Entah sudah berapa menit saya habiskan hanya untuk mengimajinasikan sosok seorang wanita. Seiring dengan terhentinya jemari saya berdansa di atas dipan sakti bernama "keyboard", maka terhenti juga kalimat demi kalimat.

Care with a half of...
Feminisme. Genderisme. Segala paham atau waham tentang gerakan kewanitaan ternyata memiliki sejarah yang panjang. Saking panjangnya, Indonesia mulai ketularan, hingga menciptakan lagu berjudul, "Sabda Alam" karya Ismail Marzuki. Judul tersebut rasanya kurang familiar, ya? Malahan saya baru tahu judul dari lirik lagu, yang sejak zaman SD dulu sering didengang-dengungkan, tersebut.

Sekedar informasi. Pertama kali saya melihat judul "Sabda Alam", yang terlintas dalam pikiran saya adalah penyanyi kondang Chrisye alias Chrismansyah Rahadi. Lagu tersebut sempat dipopulerkan berkali-kali, yaitu oleh "BONITA & The hus BAND" dan "White Shoes & The Couples Company".

Back to topic. Coba cermati lirik lagu "Sabda Alam"-nya Ismail Marzuki di bawah ini:
"Diciptakan alam pria dan wanita. Dua makhluk dalam asuhan dewata. Ditakdirkan bahwa pria berkuasa. Adapun wanita lemah lembut manja. Wanita dijajah pria sejak dulu. Dijadikan perhiasan sangkar madu. Namun, adakala pria tak berdaya. Tekuk lutut di sudut kerling wanita."

Notice kah kamu dengan kata dan kalimat yang saya bold? Muncul pertanyaan dalam benak saya, "lho kok bisa wanita dijajah pria?" Entahlah, mungkin karena buruknya kualitas pola berpikir saya, atau memang isi kepala didominasi oleh hal-hal negative, sehingga bawaannya selalu waspada --atau curiga? Dan merasa Ismail Marzuki berusaha mengungkapkan bahwa...
"Kaum wanita sejatinya rela dieksploitasi. Dan, keindahan tubuhnya merupakan asset yang bisa dijadikan sebagai senjata andalan untuk mencapai tujuan."
Sebenarnya, melalui lagu tersebut, Ismail Marzuki mau curhat atau mendoktrin?



Karena pria tidak akan menjajah wanita, seandainya dia memiliki figur ibu sejati. Yaitu kondisi dimana peran orang tua dalam mendidik anak menjadi suatu hal yang penting.

Sekedar mukadimah...

Pendidikan terbaik bagi anak dimulai dari melihat kebiasaan kedua orang tuanya. Jika saya dan suami saya kelak --tolong doanya ya teman-teman agar saya mendapatkan pasangan hidup yang beriman secara total, mau mengajarkan betapa pentingnya menghargai wanita, mungkin bisa dimulai dari hal-hal kecil, seperti...
"Seusai melaksanakan shalat berjamaah, Sang anak datang kepada ayah untuk cium tangan. Tapi ayahnya menolak dan berkata, 'nak, dahulukan mencium tangan ibumu karena ia pernah mengandungmu berbulan-bulan, sampai susah tidur dan gak enak makan, hanya karena memikirkan kamu. Bahkan dalam kondisi seperti itupun, ibumu tetap menyempatkan mengurus segala keperluan rumah, ayah, dan kamu.'

Anak tersebut pun menuruti perintah ayahnya, maka ia mendatangi Sang ibu. Namun, hal yang sama terjadi tatkala menjulurkan tangan kepada ibunya, 'nak, dahulukan mencium tangan ayahmu karena ia telah bekerja keras demi mencukupi kebutuhan kita. Bahkan ayahmu rela mengorbankan tenaga, pikiran, nyawa, dan waktunya hanya untuk melindungi ibu dan kamu.'"

Saya jamin, pasti anak tersebut akan bingung sekaligus tertanam dalam hatinya tentang sosok ideal seorang pria dan wanita. Sehingga, besar kemungkinan, anak tersebut akan tumbuh dan berkembang menjadi pemimpin sejati. Pemimpin yang bisa dipercaya, tidak mempermainkan janji, dan selalu mendahulukan hak-hak rakyat.
Okay, then. Itu hanya mukadimah.

Foot Binding in China
Photo by picpool.in
Nyatanya, secara umum wanita memang makhluk menggemaskan. Sejak peradaban Yunani, disusul Romawi, China, hingga India, wanita selalu ditempatkan pada posisi yang mengerikan.

Jika pada mitologi Yunani dan Romawi, para dewa-dewi gemar berselingkuh, bahkan kepada saudara kandungnya sendiri. Peradaban China, tepatnya di Tiongkok, terkenal dengan tradisi Kaki Bunga Lotus, yaitu kaki anak-anak perempuan dibebat. Bagi mereka, memiliki kaki yang mungil merupakan suatu kebanggaan, daya tarik, dan keindahan yang sempurna. Sedangkan India mengenal tradisi Sati sebagai lambang kesalehan dan ketaatan seorang istri terhadap suami. Singkat cerita, jika seorang suami meninggal, maka saat itu juga, hak hidup istrinya pun berakhir. Bahkan tidak hanya berlaku pada istri yang sah, melainkan juga kepada istri simpanan, pacar, saudara ipar perempuan, bahkan mertua perempuan dan ibunya.
Ih! Ngerinya...

Tidak hanya berhenti di situ, ternyata kaum wanita semakin hari semakin menjunjung tinggi nilai-nilai kesetaraan yang diwujudkan dalam gerakan Feminisme. Lucunya, zaman sekarang para wanita terkesan berlomba untuk mengeksploitasi diri sendiri melalui ajang-ajang yang gak kalah mengerikan, contohnya Miss Waria, Miss Muslimah, Miss Universe, Miss World --atau Miss Underworld? Kalau dalam pemikiran saya yang sederhana ini, kata "miss" itu gak ada yang bagus. Coba perhatikan: miss understanding, miss communication, miss out, miss fire, dan sebagainya. Bisa juga ditambah missed call.

Padahal, seorang penulis Jerman bernama Philip J. Adler, di abad ke-17, dalam bukunya berjudul "World Civilization" mengatakan, "it is fact that women has the weaker faith (in God)." Sampai sini, sudah kelihatan belum ya, garis penghubung antara Adler dengan Ismail Marzuki?

"Wanita itu lemah, dan secara alami wanita memang makhluk jahat," begitu ujar Philip J. Adler dan Ismail Marzuki. Namun, jika Adler secara terang-terangan mengungkapkan maksudnya, dengan menyebut wanita sesuai dengan etimologis Yunani yaitu, "female" atau "femina", dimana berasal dari akar kata Yunani yaitu, "fe" berarti iman (faith) dan "mina" berarti lemah (minus/less). Maka, Ismail Marzuki menggambarkan wanita sesuai dalam lirik lagunya.
Nah! Masih bangga menjadi Feminis? Yaitu sekumpulan wanita kurang iman...

Komentar

  1. kodratnya pria dan wanita saling membutuhkan. Pria tidak akan merasa perkasa kalau tidak ada wanita yg membutuhkannya. wanita tidak akan merasa dipuja2 kakalau tidak ada pria yg bersaing memperebutkannya. Kesimpulannya: Biarlah semua berjalan sesuai kodratnya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan setelah membaca tulisan ini?