Minat Ngemil Deodoran Sambil Gambyongan?

Gambyong merupakan nama seorang waranggana atau penari wanita bernama Mas Ajeng Gambyong yang hidup pada zaman Sunan Paku Buwana IV di Surakarta. Mas Ajeng Gambyong terkenal di kalangan pemuda karena...
Mahir menari...
Bersuara merdu...
Dan cantik jelita...

Mulanya, Gambyong hanya menggelar pertunjukkan di alun-alun layaknya Debus. Ia menari seorang diri dengan diiringi musik gamelan. Tarian Gambyong mengisahkan tentang filosofi cinta antara sepasang remaja dimabuk asmara yang diliputi suasana sakral dan magis. Berangsur-angsur, masyarakat setempat menyebut pertunjukkan tersebut sebagai Tari Gambyong. Begitulah sekilas riwayat Gambyong dalam buku berjudul "Cariyos Lelampahanipun" karya Suwargi R. Ng. Ronggowarsito.

Gambyong
Photo by galeribersama.wordpress
Perkembangan zaman telah menggiring Gambyong menjadi tradisi rakyat untuk menyambut tamu undangan dalam berbagai acara seperti pesta pernikahan, khitanan, dan berbagai macam upacara tradisional.

Ada pesta? Panggillah Gambyong.

Bagaimana ketika Gambyong tampil? Maka, jangan lupa sertakan miras karena 70% tamu undangan akan menegak miras. Kemudian, dilajutkan dengan ritual berjoget hingga keblinger bersama penari Gambyong.

Gambyongan tanpa miras bagaikan jasad tak bernyawa. Jika sudah demikian, lantas mana yang disebut sebagai tradisi sejati? Gambyong, atau miras?
"Walaupun Tari Gambyong sudah disentuh golongan elit, kenapa gak pernah ada yang nyoba ngunyah deodoran sambil gambyongan?"

Begitulah sentilan penghuni Negeri Bayangan.

Hmm... Boleh juga dicoba. Bukankah miras dan deodoran sama-sama memabukkan? Monggo... Disetel video di bawah ini untuk mengintip Tari Gambyong di Istana Mangkunegaran, Solo.


Komentar

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan setelah membaca tulisan ini?