Adakah Modus Menikah?

Beberapa saat lalu ada update-an yang bilang, "sesungguhnya wanita yang baik untuk lelaki yang baik. Jadi kalau kalian lelaki, ingin wanita yang baik, sudahkah kalian memperbaiki diri?"
So.. Apakah karena masuk daftar buron, kemudian membuat seseorang tidak boleh mengharapkan putri tunggal Pak Haji, pemilik pondok pesantren?
Eits.. Tidak.. Tidak..

Did you qualified enough for me?
Photo by selamber.org
Itu hanya sekedar jalan cerita sinetron Ramadhan, yang lagi ngetrend beberapa tahun ini. Diceritakan tentang seorang laki-laki dengan profesi antara preman, mantan napi atau buronan, yang entah gimana ketemu Pak Haji. Kemudian, secara misterius jatuh cinta ke perempuan, yang mungkin saja dia adalah ustadzah atau kerabat seorang ulama. Dan, dimulailah ceritanya.

Kalau versi non-Ramadhan itu, ada seorang pemuda, yang dalam pengembaraannya ketemu pertapa. Setelah terjadi tawar-menawar yang disahkan dengan transfer tenaga dalam, dimulailah perjuangan sang pemuda menumpas kejahatan sampe akhirnya happy ending dengan seorang putri, ratu atau bidadari. (Gak ada yang lain apa? Gue cowok men, ngapain coba ngeliat film tentang cowok?)

Yuk! Kembali ke topik.

Kalau mendengar berita tentang seorang ustadz yang menikahi perempuan, yang ternyata, korban perkosaan, apa yang kamu pikirin?



Coba kutebak..
"Wah, gak bener tuh ustadznya sampe bisa dapet perempuan kayak gitu."

Kalau kamu bersimpati dan berempati,
"Wah, baik ya ustadnya, hatinya lapang banget..."

Atau...
Malah gak mikir apa-apa. (Gue banget nih yang terakhir)

Hemmss...
Photo by deviantart.com
Hei.. Hei.. Adakah yang merasa, perempuan itu, meskipun masa lalunya kelam, dia masih memiliki suatu kelebihan hingga dipasangkan dengan seorang ustadz? Tampaknya hanya segelintir.. (Tenang, aku juga gak kepikiran...)

Karena perempuan emang jarang menjadi sebuah figur, yang dengan segala keterbatasan dan sifat wanitanya, mencoba menggapai sesuatu. Kalaupun ada, cuman beberapa. Jadi, kita jarang sekali menempatkan wanita sebagai pusat pemikiran kita, kalaupun iya, sebagian besar karena kita berpikir bagaimana mendapatkan dia. (Hayooo ngaku.. Aku juga kok.)

*Aku cuma pengen melihat banyak wanita cantik di layar televisi, tanpa ada banyak karakter cowok berkeliaran. (Ngapain juga cowok liat cowok?) Itulah kenapa acara berita dan highlight olahraga masih menjadi pilihan utama.*
Malaikat_Malam

Komentar

  1. sebenarnya saya masih awam tentang definisi laki2 baik untuk wanita baik, dan sebaliknya..tentunya dengan makna yang dimaksud itu yang kyk gimana... karena ga dipungkiri, ada kisah fir'aun yan dapat istri yang sholeha, asiyah...kalau dibandingkan istrinya dengan fir'aun, jelas ga sebanding atau disejajarkan dengan laki2 baik untuk wanita baik...itu berdasarkan kisah, tapi berdasarkan kenyataan disekitar juga ga beda jauh...sering ditemui, wanitanya udah baik banget, agamanya bagus, tapi dapat laki yang berseberangan... pun sebaliknya, laki2nya sabar banget, agama tetap dijalankan, tapi wanitanya suka merendahkan suaminya, dll... kayaknya mungkin karena saya kurang ngaji, jadi masih bingung makna sebenarnya itu apa...tentu Allah Yang Maha Tahu ya dibaik semuanya... klo utk wanita yang dulu punya masa lalu yang kurang baik tapi masa sekarang baik, sih pandangan saya, ya lihat yang sekarang aja... apalagi klo dari contoh, si ustadz menikahi wanita korban perkosaan...yang mana tentunya bukan keinginan si wanita kan ngalami kayak gitu... tapi btw keren tulisan2nya euy....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha... Gitu, ya? Apalagi kalau laki-laki yang menikahi wanita tersebut pandai menipu agar terlihat sholeh, ditambah lagi dia playing victim. Sehingga, orang-orang di sekitarnya salah paham dan menganggap si wanita itulah yang brengsek.

      Kalau bukan karena pertolongan Allah, bakalan amblas deh iman si wanita tadi ke lembah ke kufuran.

      Tapi, gak gitu kok.

      Di satu sisi, ada kelompok yang mengganggap 'Asiyah beruntung, karena Allah nikahkan dia dengan Fir'aun yang semua orang tahu keburukan akhlaknya. Sehingga, mereka menaruh simpati dan empati kepada 'Asiyah. Pun 'Asiyah gak perlu merasa susah dan kuatir kalau-kalau suatu hari dia difitnah Fir'aun.

      Di sisi lain, ada lagi kelompok yang mengganggap 'Asiyah memang sepantasnya menikah dengan Fir'aun karena beranggapan, boleh jadi 'Asiyah sendiri sebenernya gak pantes menikah dengan pria lain yang lebih baik dari Fir'aun. Hanya saja, karena dia sudah menjadi perantara Allah untuk menyelamatkan Nabi Musa, makanya Allah tutup aibnya, dan Allah puji dia.

      Dan, ada juga kelompok yang masih bimbang mau ngikut pendapat mana. Juga ada kelompok lain yang memilih untuk gak mau ikut campur urusan antara 'Asiyah dengan Fir'aun, dan menyerahkannya pada Allah.

      Tapi pertanyaannya, "kenapa", ya. Bukan apa yang terjadi selanjutnya.

      Nasehat seorang guru zaman dahulu adalah sebenarnya setiap makhluk di dunia ini sudah dibekali insting untuk menemukan jawaban dari pertanyaan atas masalah mereka masing-masing.

      Yang penting, tetaplah berusaha untuk tidak mencelakakan orang lain. Jangan biarkan diri ini mengarang cerita bahwa kita sedang atau sudah didzolimi seseorang, padahal kejadian itu gak pernah ada. Hanya karena kita pengen punya kisah dahsyat. Nanti jatuhnya fitnah.

      Terakhir, bersyukurlah karena bukan kita yang mendapat peran sebagai Fir'aun. Berbahagialah sebab Allah gak kasih kesempatan kepada kita untuk berperan sebagai Fir'aun.

      Singkatnya... Kalau gak gitu, gak ada ceritanya. Saya juga masih perlu banyak duduk di majelis-majelis ilmu dan majelis dzikir.

      Hapus
  2. wah jawaban yang mantab penjelasannya hehe..iya..karena penilaian manusia sangat bisa menipu, bahkan bisa menipu diri sendiri..merasa baik, merasa sholeh, dll... klo untuk asiyah dan fir'aun, saya lebih berusaha mengamil hikmah untuk pribadi menjadi baik..

    BalasHapus

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan setelah membaca tulisan ini?